Jumat, 26 Oktober 2007

Musik is my self

Jemariku sedari tadi terus bergetar. Entah apa yang membuatku seperti ini. Tak biasanya jemari tanganku bergetar dan terasa berat. Deretan tuts yang rapi memandangiku penuh curiga. Aku benar-benar merasa malu ditatapnya. Ku coba sedikit. Tak bisa... dan tak bisa..... sedikit demi sedikit keringat pun membanjiri wajah yang telah di make up. Aku berdiri di ikuti semua peserta yang lain. Aku berlari kebelakang dan ku dengar di belakangku suara-suara yang terus membuatku terjatuh.aku menghenti langkah kakiku yang mulai terombang-ambing ketika tangan itu meraih tanganku. “Ada apa? Jangan kau pedulikan kelompok fatika. Astrin... aku tahu kamu pasti bisa.” Riko selalu ada di saat aku lemah memberikan semangat.
“aku nggak bisa. Jariku terasa berat.” Kataku yang terus menatap jari-jariku yang berkeringat. “Aku mundur saja. Tak ada yang mendukungku. Tak ada yang akan mengakui diriku. Mereka hanya akan mencemoohku dan Fatika yang selalu ada di hati mereka. Ku mohon ijinkan aku pulang Riko.
“Begitukah sahabatku. yang selalu ceria, yang bercita-cita, yang selalu semangat dan sekarang lemah hanya karena teriakan orang-orang bodoh yang tak tahu apapun tentang piano.”

Tanpa pamit aku pergi meninggalkan Riko dengan langkah yang pelan. aku berjalan pelan menuju arah lif dan tatapan itu menusukku tepat sasaran ketika pintu lif pela-pelan terbuka. Sungguh muak aku dengannya. Gadis berparas cantik nan seksi itu selalu di puja, di sayang. Dia membuatku menjadi gadis yang tak berdaya. Dia merasa menang dariku keuali satu. Riko. Dia tak memiliki seseorang seperti Riko yang setia kapanpun aku butuh dan juga Piano. Grand Piano buatan Eropa yang paling mahal. Dari materi aku lebih beruntung. Tapi tak tahu apapun yang ia dapat, yang ia lakukan selalu saja membuatku iri. Ku coba imbangi namun sayang. Nihil yang kuperoleh.

MAU DAPAT UANG DAN POSTER GRATIS DARI INTERNET ??? BUKA BLOG MASKU

Google
 

Google
 

KOMENTARNYA YA !!!