Minggu, 30 September 2007

Malam

Bagitu dinginnya malam
Pancaroba yang mulai datang
Sedikit demi sedikit menerobos celah
Saat kulihat langit bersinar
Dan menoreh pelangi
Diatas awan mendung
Yang tak jua menghindar
Hujan pun turut membasahi
Namun sang mentari mencoba hapuskan
Angin tak bersahabat bertiupan
Praduga-praduga bertebaran
Menusuk jeratan berkaitkan kawat
Mengusik malam penuh bintang
Hingga kosong
Tanpa bintang penghias malam

Pesta Hari Valentine

14 Februari 2007. valentine. Itulah namanya. Sebuah hari yang dikenal dengan hari kasih sayang. Anton adalah ketua Osis di SMA Kasturi yang terkenal pintar dan juga kreatif. Rapat Osis yang berlangsung lama hari ini menghasilkan keputusan pada hari valentine akan ada pesta yang dilakukan di gedung sekolah. Pesta yang dirancang dengan penuh aura kemewahan. Pesta valentine yang dapat mengguncangkan kota dan membuat iri sekolah lain.
Anton begitu bersemangat dengan ide yang dikeluarkannya. Tak pernah sekalipun sebuah sekolah mengadakan pesta besar seperti itu. Semua anggota osis bertepuk tangan dan bersorak riang dengan ide anton. Rapat ditutup setelah semua anggota setuju dan tugas di bagi.
@ @ @
Hari valentine tinggal dua hari. Malam ini semua anggota osis sepakat untuk menginap disekolah untuk mempersiapkan keperluan pesta.Mereka semua berkumpul di aula. Ada yang sudah menghias gedung dengan kain warna putih dan merah muda. Ada yang memasang pita-pita, lampu kerlap-kerlip, membuat tulisan menyambut hari valentine, menyusun acara dll.
Jam 11 malam mereka semua terserang rasa ngantuk yang amat sangat. Setelah menyelesaikan itu mereka tidur. Laki-laki di tikar hijau dan perempuan ditikar putih. Mereka terpisah cukup jauh. Beberapa menit kemudian mereka telah terlelap dalam tidur. Tak ada satupun dari mereka yang terjaga.
@ @ @
Pesta valentine yang sungguh megah. Ruangan yang indah di penuhi bunga mawar dan lili. Para murid berdandan habis-habisan. Semua langsung mencari pasangan. Alunan musik mengiringi mereka dalam berdansa. Begitu banyak boneka dan coklat di sana sebagai tanda cinta untuk kekasih.
Hujan tiba-tiba turun menambah keromantisan malam valentine. Petir yang mengeluarkar suara yang mengagetkan itu menambah kemesraan dansa. Yang takut langsung berpeluk dan berteriak. Namun mereka senang. Lalu melanjutkan berdansa lagi. Musik mengalun begitu indah.
Saat semua sedang menikmati pesta malam yang meriah segerombolan orang mengenakan jubah hitam datang. Saking ramainya pesta itu semua tak sadar akan kedatangan orang-orang berjubah itu.
Alunan musik terhenti. Semua langsung berhenti berdansa dan melihat ke arah musik itu di alunkan. Mereka terkejut melihat ada orang berjubah yang tiba-tiba memenggal kepala setiap murid. Teriak ketakutan menggantikan suasana romantis tadi.
Anton tiba-tiba ditarik oleh orang berjubah itu.
“Siapa kalian?” teriak Anton.
“Kau yang membuat ide ini?” tanya orang berjubah.
“Iya. Apa urusan kalian. Mengapa kau memenggal kepala teman-temanku yang sedang berpesta hah?”
Anton berusaha melepaskan diri dari cengkeraman orang berjubah itu. Namun Anton tak punya kekuatan untuk melepaskan diri apa lagi melawannya. Siswa-siswa semakin banyak yang dipenggal. Darah segar mengalir dari leher yang terputus. sungguh seperti lautan darah ruangan itu.
Yang aneh tak satupun anggota osis yang di penggal. Murid-murid biasa malah yang jadi korban. Semua bingung. Salah apa sebenarnya. Kenapa harus ada kejadian itu.
Tangis mereka memilukan hati. Mereka tak ada daya untuk menghentikan pemenggalan masal yang terjadi tiba-tiba itu.
“kenapa kalian diam? Apa mau kalian?” Anton yang tergeletak tak berdaya dilantai berteriak.
“Jangan merayakan Valentine.” Ucap orang berjubah yang tiba-tiba mengeluarkan kampak dan akan memenggal kepala Anton. Kampak mulai di ayunkan dan....
“Allahhu Akbar.” Teriak Anton.
“Agh.......................” Teriak semua anggota osis.
Firman, Amir, Mahdi dan Yuda anak Rohis yang kos di sekolah dan sebagai penjaga masjid itu berkeliling seusai solat malam. Lalu mendengar teriakan dari aula.
“Astaugfirullah. Pasti ada yang tidak beres.” Kata Firman ketika melihat anak-anak osis yang tidur dalam keadaan ketakutan. Lalu Firman mengajak ketiga temannya itu untuk membangunkan anak-anak osis yang tidur itu.Anak-anak osis akhirnya terbangun dan semua tiba tiba menangis.
“Ada apa ini? Mengapa kalian semua tidur dalam keadaan ketakutan dan bangun menangis semua?”
“Anton kamu masih hidup?” semua anak bertanya bersamaan. Firman sedikit kaget juga. Mereka terlihat selalu sama. Dari waktu tidur juga waktu terbangun.
“Aku masih hidup. Aku masih hidup.” Anton berteriak dan melihat tak ada satupun goresam ditubuhnya. “Apa kalian bermimpi seperti aku?” Anton yang ditanya apakah masih hidup langsung menebak bahwa semua anak osis yang tidur di aula bermimpi sama.
Satu-persatu mereka bercerita. Ternyata memang sama. Firman, Amir, Mahdi dan Yuda sangat terkejut dengan kejadian dalam mimpi itu.
“Firman kau ketua Rohis di sini. Semua tahu ilmu agamamu sungguh hebat. Kau pasti mengerti dengan arti mimpi yang mengerikan itu.” Anton meminta Firman untuk menafsirkan mimpi yang aneh, menakutkan dan bisa dialami oleh semua anak-anak osis.

“Sebelumnya maaf jika penjelasanku mengecewakan. Menurutku itu sebuah peringatan agar kalian tak merayakan valentine. Sungguh itu tak di perkenankan dalam agama. Lagi pula sebenarnya valentine itu tak seperti yang kalian pikir. Itu hari kematian seorang pendeta bernama valentino yang dihukum penggal karena menikahkan seseorang yang sebenarnya tak boleh menikah. Sekarang terserah kalian.” Firman dan ketiga temannya langsung meninggalkan aula dan kembali ke mushola untuk mengumandangkan adzan subuh.
Semua yang ada di aula saling berpandang. Lalu mereka berdiskusi bersama. Mereka sungguh tak berani untuk merayakan pesta setelah mengalami mimpi yang mengerikan itu. Meski harus malu mereka sepakat membatalkan acara pesta dan mengembalikan semua dana.
Semua murid melempar botol ke arah anggota osis setelah mendapat kabar bahwa pesta valentine dibatalkan. Anton sungguh malu sebenarnya. Namun rasa malu itu telah tertutup rasa takut. Setelah Anton menceritakan kejadian yang dialami anak-anak osis semalam semua murid SMA kasturi bisa mengerti. Meski ada beberapa yang masih tidak mau terima. Firman dari jauh tersenyum mengetahui di sekolah takkan ada pesta valentine. Anton yang selesai berpidato lega dengan sikap semua siswa yang mau mengerti.
# S E L E S A I #





Lorong di Sekolahku

LORONG DI SEKOLAHKU

Sepanjang lorong kutempuh sendiri. Jalanan yang sepi dari hiruk pikuk jalanan pagi hari terasa dingin merasuki tubuh ini. Sepi. Benar-benar sepi. Aku duduk terdiam menatapi setiap orang yang berjalan melewati tempatku duduk. Kulirik jam tanganku yang terus berdetak. 6.30. yah… memang terbilang cukup pagi untuk berangkat kesekolah. Namun hari pertama takkan berkesan jika pagi belum tiba ke sekolah. Apa harus mengawali dengan di tangkap satpam karena terlambat dan menerobos pagar? Sejelek itukah mengawali hari. Itu bukan aku pastinya.
Lima menit aku duduk, lama-lama bosan juga. Aku berdiri dan aku menelusuri lorong-lorong yang ada di sekolahku. Memandang adik kelasku yang mulai datang dengan kostum mos yang diatur sedemikian rupa oleh panitia dengan pita rafia yang mengiasi rambut indah mereka. Memakai papan kardus bertuliskan nama. Mungkin terlihat cukup memalukan berdandan ala mos. Tapi cukup membanggakan karena bisa masuk di sekolah paling favorit di kota ini. Begitu juga yang kurasakan satu tahun yang lalu ketika aku mengikuti mos.
Sekarang aku berada di lorong kelas XII. Kulihat beberapa orang telah datang. Itu kak tika sudah datang. “Pagi kak.” Begitu sapaku ketika berpapasan. “Pagi juga Diana.” Balasnya. Aku terus berjalan dan aku bertemu kak Alex. Aku jadi bingung. Diem dikira angkuh. Mau nyapa dia GR dan ketika sampai di depannya aku hanya mampu menyunggingkan senyumku. Dia pun tersenyum manis padaku. Pagi yang menggetarkan, begitu bagiku. Kak Alex adalah salah satu penggemarku. Kurasa aku biasa tapi di sini semua menganggapku bagaikan seorang bintang. Ya.. cukup bangga juga di kenal oleh semua orang di sekolah. Tapi terkadang aku merasa kurang nyaman karena beberapa wanita yang bisa dibilang cewek murahan yang gampangan banget di mainin cowok itu iri dan suka menggangguku.
Ku pikir mereka saja yang bodoh. Mereka kira cowok senang kalo semua keinginan terpenuhi. Bagiku mereka akan lebih menghargai kita jika kita berlaku seadanya. Sesekali menolak tawarannya dan selalu menjaga sikap setiap bertemu mereka. Cowok tuh lebih suka tantangan dari pada gampangan, begitu menurutku.
Sekarang beralih cerita, ngomongin soal cowok nggak bakal selesai. Aku berbalik arah menuuju kelasku. Sudah ada beberapa anak yang datang. Tapi sayang aku belum kenal. Ada beberapa murid baru, tapi aku tidak terlalu hafal mana murid baru dan mana yang bukan. Ketika kelas 1 ada 2 kelas yang aku sedikit sekali kenalannya, eh ternyata dia malah sekelas sama aku kebanyakan. Berjalan terus membuatku lelah juga lama-lama. Aku masuk kedalam kelas. Kupandang tiap sudut ruang. Kutemukan beberapa sahabatku telah datang. Bercanda, bercerita hari libur dan saling berbagi makanan.
Ada yang berbeda yang kurasakan hari ini. Ya… teman-teman baruku di kelas. Seusai bel tak ada satu pun yang ada di luar. Bukan karena udah pelajaran sih, tapi karena guru Bpnya galak. Tapi sepi rasanya di kelas. Aku rindu teman-temanku di kelas yang dulu. Begitu akrabnya, begitu dekatnya. Ke kompakan yang terjalin satu tahun, gelak tawa yang menghiasi kelas. Aku benar-benar merasa kesepian disini. Mereka sedikit yang menggubrisku. Aku tak nyaman di sini. Tapi mau bagaimana lagi. Jalani aja apa adanya.
Di kelas terus dengan suasana yang seperti itu membuat diri ini penat. Aku berjalan menggandeng tangan sahabatku. Aku berkeliling di lorong-lorong yang berjubel orang-orang. Memang bukan sedang istirahat. Tapi beginilah suasana hari pertama. Aku memasuki satu persatu ruang kelas. Ku cari sahabat-sahabatku yang mulai terpencar.
Guru-guruku tersenyum ketika aku tersenyum menyapa. Memang begitulah seharusnya seorang guru. Tersenyum pada murid bukan hanya cemberut dan marah-marah. Karena ada yang bilang marah bikin kulit cepet keriput.
Aku terus berjalan menyusuri lorong yang panjang ini. Tapi sayang sesuatu membuatku tak nyaman ketika ku tengok ada seorang pria yang berjalan menuju arahku. Tiba-tiba dia menepuk punggungku. Sekejap aku tersentak olehnya. Aku diam menatapnya. Dia pun diam. Sahabatku tersenyum dan duduk di kursi panjang yang terdapat di depan tiap kelas. Ini kesalahan. Begitu kataku dalam hati. Kelas XII lagi ternyata. Kak Marlan memberiku sepucuk kertas dan langsung pergi meninggalkanku. Aku bingung dengan tingkahnya.
Aku buka kertas itu. dia memintaku datang ke mushola. Aku menurutinya dan terus berjalan. Tapi aku sudah kehilangan jejak orang tervavorit di sekolah itu. di masjid kutemukan sebuah Map bertuliskan namaku. Ku buka dan lagi-lagi berisi sepucuk kertas berisi tulisan. “Dari pada bingung sejak pagi datang hanya menyusuri lorong sekolah lebih baik solat Dhuha karena Allah akan mengabulkan doa tulus di waktu Dhuha dan memberi rejeki yang tak pernah kita duga.” Memang sungguh baik si ketua Rohis itu. andai saja aku mendapt jodoh se baik dia, mungkinkah pintu surga lebih terbuka lebar karena aku akan mendapat banyak tuntunan.
Aku buka tali sepatuku dan aku melepas sepatu hitamku dan kaos kakiku yang masih putih bersih karena masih baru. Ku ambil air wudhu.dinginnya air menyentuh wajahku, sejuknya merasuk dalam tubuhku. Ku kenakan mukenaku dan ku bersujud. Hatiku merasa nyaman. Ya… memang benar, waktuku hanya sia-sia jika hanya kubiarkan berlalu tanpa ada manfatnya. Inilah hikmahku tentang lorong yang kususuri di pagi hari.

MAU DAPAT UANG DAN POSTER GRATIS DARI INTERNET ??? BUKA BLOG MASKU

Google
 

Google
 

KOMENTARNYA YA !!!