Senin, 01 Oktober 2007

Sensitif berujung manis

Hati yang sensitif memang tak ingin dilukai. Hati yang kesepian tak ingin sendiri. Seperti Yara saat ini. Yang tak ingin siapapun melukai hati yang sedang sensitif.
Pulang sekolah memang melelahkan. Yara pun langsung menjatuhkan tubuhhnya di atas kasurnya yang penuh boneka. Tapi meski lelah dia senang karena hari ini ulangan kimia bisa dapat 100. Sebuah keberuntungan besar.
Yara mengambil hanphonenya yang ada di saku rok abu-abunya. Dia menulis sms buat Roni sahabatnya. Saking senengnya Yara bercerita panjang lebar hingga tiga karakter smspun terkirim. Lima menit Yara menunggu, akhirnya dibalas juga smsnya. Sms dikirim Sms diterima itu udah hampir 10 kali dilakukan Yara. Tapi tiba-tiba Yara berubah jadi sebel gara-gara jawaban sms itu agak garing. Nggak ada nyeneng-nyenengin blas buat Yara hari ini. Yara berusaha menghilangkan perasaan yang agak nggak karuan itu dan langsung mandi.
Pagi ini suasana hati Yara bagaikan awan kelabu yang akan menurunkan hujan. Salam Roni dibalasnya dengan nada yang kurang mengenakkan. Roni langsung mengerutkan dahi ketika suara merdu itu menjawab salamnya dengan nada sedikit kasar. Dia pun bingung tapi mungkin cuma perasaannya aja yang ngerasa aneh pikirnya.
“Ra, pinjem buku Pr loe dong!” Teriak Nuga yang duduk di meja sampingnya.
“Nih.” Yara melempar bukunya. Tapi langsung diambil lagi. “Ada syaratnya.”
“Ok. Gue nggak akan bilang kamu mirip shincan.”
“Janji!’
“Buat hari ini tok. Ha…ha…” Nuga yang suka njahilin Yara lagi-lagi membuat Yara mangkel.
“Yara pinjem penggaris!” kata Roni yang sejak tadi memperhatikannya dari tempat duduknya.
Tanpa berkata sepatah katapun dan tanpa melirik Roni sedikitpun Yara memberikan penggaris bergambar doraemonnya. Untuk kedua kali Roni berfikir Yara menjadi berubah tapi dia langsung membuang jauh pikirannya itu.
“Shincan.” Kata Nuga.
“Mana Pr gue! loe kan janji nggak akan manggil gue sinchan.”
“Ha..ha… Shincan.” Doni yang dari tadi anteng mengerjakan Pr jadi ikut-ikut nyambung.
“Nggak ada kabel don.”
“Udah gue pasang tadi pagi.” Sahut Doni dengan Pd tanpa mikir ada yang mangkel di situ.
“Mana bukunya.”
“Loe ngibulin gue.”
“Iya nona Yara yang manis. Gue nggak akan bilang loe shincan buat hari ini.”
“Besok iya.” Sambung Doni.
“Doni…!”
“Udah! Balik ketempat duduk. Gurunya udah dateng.” Kata Nuga yang ambil kesempatan.
“Awas ya.”
Yara duduk di tempat duduknya yang ada di tengah. Sedikit-sedikit dia melirik Roni yang duduk di bangku depan. Saat itu juga Roni juga melirik dia. Pandangan mereka bertemu namun Yara langsung cepat-cepat buang muka. Pelajaran bk pun tak diperhatikannya. Dia hanya memikirkan hatinya.
“Gue sebel banget.” Ucap Yara lirih sambil memukul-mukul mejanya tanpa suara.
“Sebel sama siapa?” Tanya Lalita yang duduk semeja dengannya.
“Pokoknya.” Jawab Yara. Lalita yang udah kenal Yara tiga tahun nggak akan tanya lagi kalo Yara udah bilang pokoknya. Karena otomatis dipakasa atau dipancing pasti nggak bakalan ngaku kecuali dia yang buka mulut.
Hari yang sepi bagi Yara karena malam ini Roni tak lagi sms dia. Yara tak bisa konsen belajar malam ini. Entah penyakit apa yang membuat hatinya risau dan terus merasa ingin marah dengan Roni. Yara ngerasa smsnya itu juga bareng sama smsnya pacar Roni yang entah siapa dia. Mungkin teman Roni waktu SMP. Tapi Yara yakin Roni udah jadian karena waktu buka in box hp Roni, dia baca smsnya manggilnya sayang. Begitu juga sent itemnya. Tapi Roni nggak pernah ngaku. Apa iya Yara cemburu? Nggak. Kita sahabat begitu kata Yara dalam hati.
Tak dapat hirauannya, ucapan met malem darinya dan juga met bobok moga mimpi indah dan sampai ketemu besok di sekolah. Perhatian-perhatian Roni kepadanya serasa udah lenyap.
# # #

Pagi ini lagi-lagi Yara menjawab sapa Roni dengan nada kasar. Tiap kali mereka bertemu pandang dan saling menghindar. Setiap berpapasan tak ada lagi canda tawa yang renyah. Semua terasa garing. Tiap kali Roni mengucapkan sesuatu Yara tak menggubrisnya.
Pelajaran kosong membuat hati Yara penat. Dari tempat duduknya dia memandangi Roni. Dia benar-benar udah ngerasa jauh banget. Dia berharap dia tanya apa dirinya sedang marah padanya. Yara merasa rindu dengan perhatiannya. Tapi dia juga sebal kalo mengingat dia udah nggak jadi spesial di hati Roni. Meski Yara tahu cuma sekedar sahabat.
“Loe kenapa sih ra kok dari kemarin murung terus?” Tanya Lalita yang ngerasa aneh dengan sahabatnya itu.
“Gue sebel. Pengen marah. Tapi gue tahu gue nggak punya hak buat marah sama dia.” Kata Yara sambil menaruh kepalanya diatas meja sambil memandangi Lalita.
“Wah.. itu namanya loe cemburu. Hayo siapa yang bikin loe kaya gini?”
“Nggak mungkin. Kita Cuma sahabat kok.”
“Gue tahu. Loe pasti lagi ngerasa kehilangan dia dalam arti misalnya perhatiannya iya kan?”
Yara mengangguk.
“Nah benerkan. Kamu itu jatuh cinta.” Kata Lalita yang terus terngiang di kepala Yara.
Sore ini seperti biasanya Yara duduk menikmati kicau burung di taman belakang sekolahnya. Biasanya dia di temani Roni yang membawakan dia sebuah es krim. Kebiasaan itu selalu dilakukan seminggu sekali tiap hari kamis. Tapi mereka buat janji dulu sebelum kesana karena takut kalo salah satu dari mereka nggak bisa datang. Namun sore ini memang tak ada janji. Yara yang masih risau ingin menghibur dirinya di sana.
Kicau burung itu membuatnya tersenyum karena suaranya terasa merdu di telinga. Dalam hati dia berharap Roni datang. Dia benar-benar merasa kesepian.
“Apa benar gue jatuh cinta sama Roni?” Tanya Yara pada dirinya sendiri sambil melempar batu kerikil yang berserakan. “Agaknya iya. Aku jadi kepikiran dia terus.”
Yara terus melempar. Diam. Tapi dalam hatinya sedang bimbang.
“Es krim coklat.” Roni tiba-tiba datang dan duduk disamping Yara sambil memberikan es krim seperti yang dilakukannya setiap janjian di sana.
“Kita kan nggak janjian kok loe kesini?”
“Loe juga kesini ngapain?”
“Suka-suka gue dong.” Jawab Yara ketus.
“Loe marah ya ma gue? Kenapa sih? Apa gara-gara kita ketemu radit dan dikira pacaran waktu kita disini berduaan terus kamu jadi jauhin gue gitu?”
Yara hanya diam.
“Gue tahu loe pasti disini. Makanya gue dateng. Bener marah ya?”
“Gue nggak marah. Gue juga nggak lagi ngejauhin loe. Gue lagi sensi aja. Loe nggak salah.” Akhirnya jawab juga.
“Loe berubah. Nggak seperti Yara yang gue kenal. Kenapa sih?’
“Kenapa sih nggak mau ngaku kalo loe udah punya pacar. Gue tahu loe udah punya pacar.”
“Gue emang nggak punya pacar. Tahu dari mana gosip kaya gitu?”
“Itu fakta kok. sory gue dulu pernah baca sms yang ada di hp loe di situ kalian manggilnya sayang. Udah puas masih nggak mau ngaku kalo udah punya pacar.” Yara emosi dan mulai meneteska air mata. Tapi Yara segera menghapusnya.
“Kenapa sih sampi marah kaya gitu. Iya kita emang manggilnya gitu. Tapi kita nggak pacaran. Kenal aja aku enggak. Gue hanya buat hiburan aja karena gue nggak punya pacar. Kenapa sih kayaknya kuatir gitu kao gue punya pacar.”
Yara yang dari tadi tadi berusaha menahan air matanya yang keluar tak mampu untuk mencegahnya jatuh ke pipi. Yara langsung lari meninggalkan Roni. Roni yang bingung langsung mengejarnya.
“Yara berhenti. Loe kenapa sih? Gue salah apa sama loe? Jangan pergi gitu saja. Kita harus nyelesaiin hari ini juga.” Roni berkata sambil teriak karena Yara terus berlari. Akhirnya Yara berhenti. Roni pun ikut berhenti. Lalu Yara berlari kearah Roni dan memeluknya. “Gue sayang sama loe Ron, gue nggak mau kehilangan semua perhatian loe, gue pengen tetep jadi yang spesial Ron. Gue kaya gini karena gue cemburu sama cewek yang sering kamu sms pakai kata sayang itu. gue bener-bener sayang sama loe.” Yara tak melepas pelukannya dan memeluk lebih erat sambil terus mengeluarkan air mata.
“Gue juga sayang ra sama loe. Loe sering buat gue ketawa dan nggak kesepian. Gue minta maaf gara-gara sms itu. Gue itu cuma iseng tapi gue janji nggak akan sms dia lagi kalo perlu gue ganti nomor hp gue.”
“Jadi sekarang kita resmi jadian?” Yara melepas pelukannya.
Roni mengangguk dan mereka saling berpelukan lagi.
# Selesai #

Sensitif berujung manis

Hati yang sensitif memang tak ingin dilukai. Hati yang kesepian tak ingin sendiri. Seperti Yara saat ini. Yang tak ingin siapapun melukai hati yang sedang sensitif.
Pulang sekolah memang melelahkan. Yara pun langsung menjatuhkan tubuhhnya di atas kasurnya yang penuh boneka. Tapi meski lelah dia senang karena hari ini ulangan kimia bisa dapat 100. Sebuah keberuntungan besar.
Yara mengambil hanphonenya yang ada di saku rok abu-abunya. Dia menulis sms buat Roni sahabatnya. Saking senengnya Yara bercerita panjang lebar hingga tiga karakter smspun terkirim. Lima menit Yara menunggu, akhirnya dibalas juga smsnya. Sms dikirim Sms diterima itu udah hampir 10 kali dilakukan Yara. Tapi tiba-tiba Yara berubah jadi sebel gara-gara jawaban sms itu agak garing. Nggak ada nyeneng-nyenengin blas buat Yara hari ini. Yara berusaha menghilangkan perasaan yang agak nggak karuan itu dan langsung mandi.
Pagi ini suasana hati Yara bagaikan awan kelabu yang akan menurunkan hujan. Salam Roni dibalasnya dengan nada yang kurang mengenakkan. Roni langsung mengerutkan dahi ketika suara merdu itu menjawab salamnya dengan nada sedikit kasar. Dia pun bingung tapi mungkin cuma perasaannya aja yang ngerasa aneh pikirnya.
“Ra, pinjem buku Pr loe dong!” Teriak Nuga yang duduk di meja sampingnya.
“Nih.” Yara melempar bukunya. Tapi langsung diambil lagi. “Ada syaratnya.”
“Ok. Gue nggak akan bilang kamu mirip shincan.”
“Janji!’
“Buat hari ini tok. Ha…ha…” Nuga yang suka njahilin Yara lagi-lagi membuat Yara mangkel.
“Yara pinjem penggaris!” kata Roni yang sejak tadi memperhatikannya dari tempat duduknya.
Tanpa berkata sepatah katapun dan tanpa melirik Roni sedikitpun Yara memberikan penggaris bergambar doraemonnya. Untuk kedua kali Roni berfikir Yara menjadi berubah tapi dia langsung membuang jauh pikirannya itu.
“Shincan.” Kata Nuga.
“Mana Pr gue! loe kan janji nggak akan manggil gue sinchan.”
“Ha..ha… Shincan.” Doni yang dari tadi anteng mengerjakan Pr jadi ikut-ikut nyambung.
“Nggak ada kabel don.”
“Udah gue pasang tadi pagi.” Sahut Doni dengan Pd tanpa mikir ada yang mangkel di situ.
“Mana bukunya.”
“Loe ngibulin gue.”
“Iya nona Yara yang manis. Gue nggak akan bilang loe shincan buat hari ini.”
“Besok iya.” Sambung Doni.
“Doni…!”
“Udah! Balik ketempat duduk. Gurunya udah dateng.” Kata Nuga yang ambil kesempatan.
“Awas ya.”
Yara duduk di tempat duduknya yang ada di tengah. Sedikit-sedikit dia melirik Roni yang duduk di bangku depan. Saat itu juga Roni juga melirik dia. Pandangan mereka bertemu namun Yara langsung cepat-cepat buang muka. Pelajaran bk pun tak diperhatikannya. Dia hanya memikirkan hatinya.
“Gue sebel banget.” Ucap Yara lirih sambil memukul-mukul mejanya tanpa suara.
“Sebel sama siapa?” Tanya Lalita yang duduk semeja dengannya.
“Pokoknya.” Jawab Yara. Lalita yang udah kenal Yara tiga tahun nggak akan tanya lagi kalo Yara udah bilang pokoknya. Karena otomatis dipakasa atau dipancing pasti nggak bakalan ngaku kecuali dia yang buka mulut.
Hari yang sepi bagi Yara karena malam ini Roni tak lagi sms dia. Yara tak bisa konsen belajar malam ini. Entah penyakit apa yang membuat hatinya risau dan terus merasa ingin marah dengan Roni. Yara ngerasa smsnya itu juga bareng sama smsnya pacar Roni yang entah siapa dia. Mungkin teman Roni waktu SMP. Tapi Yara yakin Roni udah jadian karena waktu buka in box hp Roni, dia baca smsnya manggilnya sayang. Begitu juga sent itemnya. Tapi Roni nggak pernah ngaku. Apa iya Yara cemburu? Nggak. Kita sahabat begitu kata Yara dalam hati.
Tak dapat hirauannya, ucapan met malem darinya dan juga met bobok moga mimpi indah dan sampai ketemu besok di sekolah. Perhatian-perhatian Roni kepadanya serasa udah lenyap.
# # #

Pagi ini lagi-lagi Yara menjawab sapa Roni dengan nada kasar. Tiap kali mereka bertemu pandang dan saling menghindar. Setiap berpapasan tak ada lagi canda tawa yang renyah. Semua terasa garing. Tiap kali Roni mengucapkan sesuatu Yara tak menggubrisnya.
Pelajaran kosong membuat hati Yara penat. Dari tempat duduknya dia memandangi Roni. Dia benar-benar udah ngerasa jauh banget. Dia berharap dia tanya apa dirinya sedang marah padanya. Yara merasa rindu dengan perhatiannya. Tapi dia juga sebal kalo mengingat dia udah nggak jadi spesial di hati Roni. Meski Yara tahu cuma sekedar sahabat.
“Loe kenapa sih ra kok dari kemarin murung terus?” Tanya Lalita yang ngerasa aneh dengan sahabatnya itu.
“Gue sebel. Pengen marah. Tapi gue tahu gue nggak punya hak buat marah sama dia.” Kata Yara sambil menaruh kepalanya diatas meja sambil memandangi Lalita.
“Wah.. itu namanya loe cemburu. Hayo siapa yang bikin loe kaya gini?”
“Nggak mungkin. Kita Cuma sahabat kok.”
“Gue tahu. Loe pasti lagi ngerasa kehilangan dia dalam arti misalnya perhatiannya iya kan?”
Yara mengangguk.
“Nah benerkan. Kamu itu jatuh cinta.” Kata Lalita yang terus terngiang di kepala Yara.
Sore ini seperti biasanya Yara duduk menikmati kicau burung di taman belakang sekolahnya. Biasanya dia di temani Roni yang membawakan dia sebuah es krim. Kebiasaan itu selalu dilakukan seminggu sekali tiap hari kamis. Tapi mereka buat janji dulu sebelum kesana karena takut kalo salah satu dari mereka nggak bisa datang. Namun sore ini memang tak ada janji. Yara yang masih risau ingin menghibur dirinya di sana.
Kicau burung itu membuatnya tersenyum karena suaranya terasa merdu di telinga. Dalam hati dia berharap Roni datang. Dia benar-benar merasa kesepian.
“Apa benar gue jatuh cinta sama Roni?” Tanya Yara pada dirinya sendiri sambil melempar batu kerikil yang berserakan. “Agaknya iya. Aku jadi kepikiran dia terus.”
Yara terus melempar. Diam. Tapi dalam hatinya sedang bimbang.
“Es krim coklat.” Roni tiba-tiba datang dan duduk disamping Yara sambil memberikan es krim seperti yang dilakukannya setiap janjian di sana.
“Kita kan nggak janjian kok loe kesini?”
“Loe juga kesini ngapain?”
“Suka-suka gue dong.” Jawab Yara ketus.
“Loe marah ya ma gue? Kenapa sih? Apa gara-gara kita ketemu radit dan dikira pacaran waktu kita disini berduaan terus kamu jadi jauhin gue gitu?”
Yara hanya diam.
“Gue tahu loe pasti disini. Makanya gue dateng. Bener marah ya?”
“Gue nggak marah. Gue juga nggak lagi ngejauhin loe. Gue lagi sensi aja. Loe nggak salah.” Akhirnya jawab juga.
“Loe berubah. Nggak seperti Yara yang gue kenal. Kenapa sih?’
“Kenapa sih nggak mau ngaku kalo loe udah punya pacar. Gue tahu loe udah punya pacar.”
“Gue emang nggak punya pacar. Tahu dari mana gosip kaya gitu?”
“Itu fakta kok. sory gue dulu pernah baca sms yang ada di hp loe di situ kalian manggilnya sayang. Udah puas masih nggak mau ngaku kalo udah punya pacar.” Yara emosi dan mulai meneteska air mata. Tapi Yara segera menghapusnya.
“Kenapa sih sampi marah kaya gitu. Iya kita emang manggilnya gitu. Tapi kita nggak pacaran. Kenal aja aku enggak. Gue hanya buat hiburan aja karena gue nggak punya pacar. Kenapa sih kayaknya kuatir gitu kao gue punya pacar.”
Yara yang dari tadi tadi berusaha menahan air matanya yang keluar tak mampu untuk mencegahnya jatuh ke pipi. Yara langsung lari meninggalkan Roni. Roni yang bingung langsung mengejarnya.
“Yara berhenti. Loe kenapa sih? Gue salah apa sama loe? Jangan pergi gitu saja. Kita harus nyelesaiin hari ini juga.” Roni berkata sambil teriak karena Yara terus berlari. Akhirnya Yara berhenti. Roni pun ikut berhenti. Lalu Yara berlari kearah Roni dan memeluknya. “Gue sayang sama loe Ron, gue nggak mau kehilangan semua perhatian loe, gue pengen tetep jadi yang spesial Ron. Gue kaya gini karena gue cemburu sama cewek yang sering kamu sms pakai kata sayang itu. gue bener-bener sayang sama loe.” Yara tak melepas pelukannya dan memeluk lebih erat sambil terus mengeluarkan air mata.
“Gue juga sayang ra sama loe. Loe sering buat gue ketawa dan nggak kesepian. Gue minta maaf gara-gara sms itu. Gue itu cuma iseng tapi gue janji nggak akan sms dia lagi kalo perlu gue ganti nomor hp gue.”
“Jadi sekarang kita resmi jadian?” Yara melepas pelukannya.
Roni mengangguk dan mereka saling berpelukan lagi.
# Selesai #

Kelabu

Lihatlah kelabu yang merasukki jiwa
Memandang pun bagaikan kilat yang mengkilap
Susunannya hinggap ditelaga hati
Entah retak karena waktu
Ataukah karena terusak oleh polutan jiwa
Yang ada terasa kan butir-butir rasa hampa
Mungkin jauh atau mungkin hanya sekedar menghindar
Langkah berat kan tertuju disana
Dimana sang permata akan terjatuh
Larilah
Sebelum terkaamnya tepat menjatuh
Dan membunuh jiwa-jiwa yang teriris
Seperti labu yang penuh gelombang pemanis
Menutup untaian prasngka jiwa
Atau hanya sekedar ilusi semata

MAU DAPAT UANG DAN POSTER GRATIS DARI INTERNET ??? BUKA BLOG MASKU

Google
 

Google
 

KOMENTARNYA YA !!!