Minggu, 30 September 2007

Lorong di Sekolahku

LORONG DI SEKOLAHKU

Sepanjang lorong kutempuh sendiri. Jalanan yang sepi dari hiruk pikuk jalanan pagi hari terasa dingin merasuki tubuh ini. Sepi. Benar-benar sepi. Aku duduk terdiam menatapi setiap orang yang berjalan melewati tempatku duduk. Kulirik jam tanganku yang terus berdetak. 6.30. yah… memang terbilang cukup pagi untuk berangkat kesekolah. Namun hari pertama takkan berkesan jika pagi belum tiba ke sekolah. Apa harus mengawali dengan di tangkap satpam karena terlambat dan menerobos pagar? Sejelek itukah mengawali hari. Itu bukan aku pastinya.
Lima menit aku duduk, lama-lama bosan juga. Aku berdiri dan aku menelusuri lorong-lorong yang ada di sekolahku. Memandang adik kelasku yang mulai datang dengan kostum mos yang diatur sedemikian rupa oleh panitia dengan pita rafia yang mengiasi rambut indah mereka. Memakai papan kardus bertuliskan nama. Mungkin terlihat cukup memalukan berdandan ala mos. Tapi cukup membanggakan karena bisa masuk di sekolah paling favorit di kota ini. Begitu juga yang kurasakan satu tahun yang lalu ketika aku mengikuti mos.
Sekarang aku berada di lorong kelas XII. Kulihat beberapa orang telah datang. Itu kak tika sudah datang. “Pagi kak.” Begitu sapaku ketika berpapasan. “Pagi juga Diana.” Balasnya. Aku terus berjalan dan aku bertemu kak Alex. Aku jadi bingung. Diem dikira angkuh. Mau nyapa dia GR dan ketika sampai di depannya aku hanya mampu menyunggingkan senyumku. Dia pun tersenyum manis padaku. Pagi yang menggetarkan, begitu bagiku. Kak Alex adalah salah satu penggemarku. Kurasa aku biasa tapi di sini semua menganggapku bagaikan seorang bintang. Ya.. cukup bangga juga di kenal oleh semua orang di sekolah. Tapi terkadang aku merasa kurang nyaman karena beberapa wanita yang bisa dibilang cewek murahan yang gampangan banget di mainin cowok itu iri dan suka menggangguku.
Ku pikir mereka saja yang bodoh. Mereka kira cowok senang kalo semua keinginan terpenuhi. Bagiku mereka akan lebih menghargai kita jika kita berlaku seadanya. Sesekali menolak tawarannya dan selalu menjaga sikap setiap bertemu mereka. Cowok tuh lebih suka tantangan dari pada gampangan, begitu menurutku.
Sekarang beralih cerita, ngomongin soal cowok nggak bakal selesai. Aku berbalik arah menuuju kelasku. Sudah ada beberapa anak yang datang. Tapi sayang aku belum kenal. Ada beberapa murid baru, tapi aku tidak terlalu hafal mana murid baru dan mana yang bukan. Ketika kelas 1 ada 2 kelas yang aku sedikit sekali kenalannya, eh ternyata dia malah sekelas sama aku kebanyakan. Berjalan terus membuatku lelah juga lama-lama. Aku masuk kedalam kelas. Kupandang tiap sudut ruang. Kutemukan beberapa sahabatku telah datang. Bercanda, bercerita hari libur dan saling berbagi makanan.
Ada yang berbeda yang kurasakan hari ini. Ya… teman-teman baruku di kelas. Seusai bel tak ada satu pun yang ada di luar. Bukan karena udah pelajaran sih, tapi karena guru Bpnya galak. Tapi sepi rasanya di kelas. Aku rindu teman-temanku di kelas yang dulu. Begitu akrabnya, begitu dekatnya. Ke kompakan yang terjalin satu tahun, gelak tawa yang menghiasi kelas. Aku benar-benar merasa kesepian disini. Mereka sedikit yang menggubrisku. Aku tak nyaman di sini. Tapi mau bagaimana lagi. Jalani aja apa adanya.
Di kelas terus dengan suasana yang seperti itu membuat diri ini penat. Aku berjalan menggandeng tangan sahabatku. Aku berkeliling di lorong-lorong yang berjubel orang-orang. Memang bukan sedang istirahat. Tapi beginilah suasana hari pertama. Aku memasuki satu persatu ruang kelas. Ku cari sahabat-sahabatku yang mulai terpencar.
Guru-guruku tersenyum ketika aku tersenyum menyapa. Memang begitulah seharusnya seorang guru. Tersenyum pada murid bukan hanya cemberut dan marah-marah. Karena ada yang bilang marah bikin kulit cepet keriput.
Aku terus berjalan menyusuri lorong yang panjang ini. Tapi sayang sesuatu membuatku tak nyaman ketika ku tengok ada seorang pria yang berjalan menuju arahku. Tiba-tiba dia menepuk punggungku. Sekejap aku tersentak olehnya. Aku diam menatapnya. Dia pun diam. Sahabatku tersenyum dan duduk di kursi panjang yang terdapat di depan tiap kelas. Ini kesalahan. Begitu kataku dalam hati. Kelas XII lagi ternyata. Kak Marlan memberiku sepucuk kertas dan langsung pergi meninggalkanku. Aku bingung dengan tingkahnya.
Aku buka kertas itu. dia memintaku datang ke mushola. Aku menurutinya dan terus berjalan. Tapi aku sudah kehilangan jejak orang tervavorit di sekolah itu. di masjid kutemukan sebuah Map bertuliskan namaku. Ku buka dan lagi-lagi berisi sepucuk kertas berisi tulisan. “Dari pada bingung sejak pagi datang hanya menyusuri lorong sekolah lebih baik solat Dhuha karena Allah akan mengabulkan doa tulus di waktu Dhuha dan memberi rejeki yang tak pernah kita duga.” Memang sungguh baik si ketua Rohis itu. andai saja aku mendapt jodoh se baik dia, mungkinkah pintu surga lebih terbuka lebar karena aku akan mendapat banyak tuntunan.
Aku buka tali sepatuku dan aku melepas sepatu hitamku dan kaos kakiku yang masih putih bersih karena masih baru. Ku ambil air wudhu.dinginnya air menyentuh wajahku, sejuknya merasuk dalam tubuhku. Ku kenakan mukenaku dan ku bersujud. Hatiku merasa nyaman. Ya… memang benar, waktuku hanya sia-sia jika hanya kubiarkan berlalu tanpa ada manfatnya. Inilah hikmahku tentang lorong yang kususuri di pagi hari.

Tidak ada komentar:

MAU DAPAT UANG DAN POSTER GRATIS DARI INTERNET ??? BUKA BLOG MASKU

Google
 

Google
 

KOMENTARNYA YA !!!