Minggu, 20 Januari 2008

aku bersama pangeran

Sejak kulihat sang mentari bersinar jemari tanganku seraya ingin menyentuh tiap huruf yang berada di keyboard komputerku. Aku suka sekali menulis. Tentang diriku, dirinya dan semua apa yang ku rasakan entah apa itu. Setiap aku sedang sendiri, kesepian menanti bergantinya hari dan hanya ini yang mampu kulakukan untuk membunuh waktu yang mungkin hanya akan terbuang sia-sia. Aku tak ingin waktuku terbuang. Sungguh ku sangat menyesal jika hal itu terjadi. Aku akan merasa sangat rugi. Menulis adalah hobbyku dan penulis adalah mimpiku. Namun yang kupikir sampai kapan aku harus menulis. Seumur hidupku kah? Ah, biarkan saja. Toh itu kebahagiaanku. Menulis adalah bagian dari hidupku dimana aku dapat melepas gundah yang ada dalam benakku.


Mungkin aku tak sehebat mereka yang sudah menulis beberapa buku yang mungkin sudah menjadi best seller di toko-toko buku terkemuka. Namun semangatku tak boleh redup. Karena semangatku adalah jalan hidupku. Itulah yang kupikir sejak aku mengenal menulis. Tanganku tak mau berhenti rasanya setiap aku sudah mulai menulis dengan asiknya. Entah apapun itu yang ku tulis hingga ke mana pun ceritanya. Aku berhenti sebentar dan ku putar musik-musik orkestra atau musik-musik yang hanya ada suara piano dan biola yang mendamaikan relung-relung hati.


Aku berbaring sebentar melepas lelah. Ku hirup udara malam yang dingin namun sejuk. Pikiranku melayang terbayang mengingat sebuah nama. Dirinya. Entah apa yang sekarang dia lakukan. Senyumnya yang hangat selalu terngiang di ingatanku.


Aku matikan komputerku dan aku pergi ke Regina fm untuk menemuinya. Ternyata dia sedang mengudara. Suaranya sungguh merdu ketika aku diam-diam untuk mendengar di ruangan dimana dia sedang berceloteh.


Dia menengok padaku ketika acaranya selesai. Senyumnya sungguh manis sekali. Tak pernah ku pikir sebelumnya ada dirinya yang selalu membuatku semangat menggapai samua mimpi-mimpiku. Allah itu adil. Dia telah mengirimku seorang pangeran seperti dalam dongeng-dongeng masa lalu. Pria itu menggandeng tanganku keluar dari studio dan membawaku ke kafe yang ada di situ. Dia memberiku segelas coklat hangat dimalam yang cukup dingin ini hingga pukul 8.30 membuatku harus pulang. Rumahku yang ada tepat di depan studio terlihat sudah sepi. Mungkin saudara-saudaraku sudah tertidur atau entah sedang apa. Pangeranku mengantarku kerumah sembari dia ingin menyapa kedua orang tuaku yang sedang asik berdua di taman samping rumah.ah, ternyata itu hanya mimpi, mimpi ketika kubuka kedua mataku.


Pagi yang hangat menyapaku yang sedang membersihkan rumah. Selesai aku mandi aku duduk di depan komputerku. Tak ada ide yang terngiang untuk ku tulis namun ketika aku buka lembaran yang kemarin belum ku selesaikan ceritanya, tanganku tak mau berhenti untuk terus menulis. Ku tulis banyak tentang dirinya. Sang pangeran hatiku yang ku damba seperti tiap malam ku bermimpi. Wajahnya sungguh jelas dan nama itu terngiang di telingaku. Namun sampai kapan aku hanya terus menulis tanpa mencarinya atau berusaha mencari dimana dia berada. Sungguh aku hanya bisa bermimpi tentangnya. Namun dia yang selalu menjadi inspirasiku. Dia yang hidup dalam hatiku nememaniku bermain di alam mimpi.


Aku tulis terus kisahku dan dirinya ketika masih bersama dulu. Ketika kita sempat berceloteh bersama. Hingga aku harus pergi untuk meninggalkan dia bersama semua kenangan indah yang ada di tempat-tempat di sudut kota.


Aku tersenyum ketika kulihat bukuku berada di rak buku populer. Secepat ini bukuku tersebar dan terus dicari banyak orang. Setiap hari aku tengok toko-toko yang menyediakan buku yang kutulis dan ternyata selalu ada yang membelinya. Sungguh bahagianya jika dia melihat bahwa kisahku dan dia sangat digemari semua orang.


Aku berbalik arah dan ingin pulang untuk menulis lagi kisah-kisahku yang lain saat bersama dirinya. Tiba-tiba sebuah tangan lembut menarik tanganku. Dia. Sungguh ini bukan mimpi atau khayalan belaka. Dia yang kurindu ada di depan kedua mataku. Dengan senyumnya yang hangat di ikuti dua lesung pipi yang sungguh manis. Dia memelukku dan aku pun tak tertahan untuk meneteskan air mataku. Doaku selama ini terkabul. Dia datang mencariku setelah dia membaca dan tahu bahwa ceritaku dan dialah yang menjadi objek bukuku. Dia pun telah lama menungguku. Menanti pertemuan ini terjadi. hingga jari-jari kami terisi cincin yang sungguh indah seindah hari-hari yang ku lewati dengannya dulu.

Tidak ada komentar:

MAU DAPAT UANG DAN POSTER GRATIS DARI INTERNET ??? BUKA BLOG MASKU

Google
 

Google
 

KOMENTARNYA YA !!!