Fatma tak berani untuk menghubunginya, untuk mendengar suara yang dia rindukan dalam malam-malamnya. Dia memutar-mutar benda kecil itu hingga terjatuh dan tidak sengaja tombol panggil tertekan. Reflek wajah Fatma pucat namun tak ada satu pun yang mungkin melihatnya. Jantungnya semakin berdetak kencang dan tak tahu harus berkata apa jika pria itu menerima telpon yang tidak disengaja itu.
Suara itu khas, sungguh lembut dan menyejukkan. Namun Fatma tak berani tuk berbicara. Dia hanya membiarkan pria itu bersuara cukup lama. Ingin rasanya Fatma membuka mulutnya. Tapi rasanya terkunci. Sulit sekali untuk mencoba berbicara. beruntung nomornya di sembunyikan hingga sang pangeran tak kan tahu keberadaannya.
Sungguh nyata, Fatma sangat menyayanginya, merindukannya dan membutuhkan dia. Bahkan selalu terbangun dalam tiap malam hanya karena teringat dia yang penuh kenangan. Karena suara merdu itu selalu menina bobokan dirinya sebelum tertidur. Namun itu tak mungkin terjadi lagi. Kenyataan tak mendukung mereka. Pria itu sering berkata bahwa dia sangat menyayangi Fatma. Sampai kapanpun, bahkan akan menunggu Fatma kembali padanya meski dia tak tahu apakah itu mungkin terjadi. Karena pria itu terlanjur sayang pada gadis cantik nan imut itu dengan suara manjanya sebelum tidur.
Namun semua hanya kenangan. Semua hanya sesaat. Bukan hanya mimpi semata namun kenyataan yang tak di sangka. Fatma mematikan Hand phonenya dan membaringkan tubuhnya di kasur empuknya. Membayangkan kisah cinta yang sempat terukir hingga terlelap dalam tidurnya di malam gelap.